Drive & Motivation Test disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schwartz mengenai pengelompokkan dorongan atau motivasi berdasarkan nilai-nilai yang dipegang oleh individu.

Individu mengerjakan butir dari Work Value Test (WVT), yang kemudian skornya diproses menjadi hasil Drive & Motivation Test. Total butir sebanyak 65 butir, dengan waktu pengerjaan maksimal 15 menit.

Pengukuran terhadap nilai-nilai yang dianut individu dalam bekerja dilakukan dengan cara self-report. Artinya, individu akan memberikan penilaian terhadap dirinya mengenai pernyataan-pernyataan yang ditampilkan pada tes. Individu dapat memilih enam pilihan respons yang paling sesuai dengan kondisi dirinya.

Seluruh alat ukur Talentics telah dilengkapi dengan fitur untuk mendeteksi bentuk-bentuk perilaku yang bertentangan dengan harapan pada saat pengerjaan tes. Salah satu fitur yang tersedia adalah Indicator of Misbehavior. Indicator of Misbehavior digunakan untuk mendeteksi durasi dan frekuensi individu keluar dari laman tes untuk membuka laman/aplikasi lain selama proses pengerjaan tes. Meski demikian, penggalian informasi lebih lanjut terhadap informasi yang disajikan tetap disarankan agar lebih memahami faktor-faktor yang mendasari penilaian terhadap Indicator of Misbehavior (terutama pada hasil tes yang menunjukkan banyaknya indikasi Misbehavior yang terdeteksi).

Drive & Motivation Test merupakan alat ukur yang disusun berdasarkan turunan teori Schwartz yang merupakan dasar penyusunan alat ukur Work Value Test (WVT) milik Talentics. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dasar pengembangan Drive & Motivation Test menggunakan acuan Theory of Basic Human Values. Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan, WVT merupakan alat ukur yang dapat dipercaya memiliki hasil pengukuran yang akurat. Oleh karena itu, Drive & Motivation Test yang merupakan turunan dari WVT juga dapat dipastikan dapat dipercaya memiliki hasil pengukuran yang akurat.

Hasil pengerjaan tes WVT berupa dua belas nilai pada individu dibagi ke dalam empat kuadran. Kuadran tersebut terbentuk dari dari dua kutub atas-bawah dan kanan-kiri. Kutub atas-bawah dibedakan berdasarkan fokus ketertarikan individu. Kutub atas menggambarkan ketertarikan untuk mengekspresikan minat dan karakteristik pribadi, sementara kutub bawah menggambarkan ketertarikan untuk berhubungan secara sosial dengan orang lain. Adapun kutub kanan-kiri dibedakan berdasarkan kebutuhan untuk berkembang dan sikap terhadap rasa cemas. Kutub kanan menggambarkan keinginan untuk berkembang dan bebas dari rasa cemas, sementara kutub kiri menggambarkan keinginan untuk melindungi diri dan menghindari rasa cemas. Kuadran yang dominan atau memiliki persentase paling besar menandakan gambaran motivasi atau dorongan yang mendasari individu dalam bekerja. Setiap kuadran memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap motivasi individu, bagaimana individu menjalin relasi, dan preferensi terhadap tugas atau lingkungan kerja. Oleh sebab itu, tidak ada nilai yang lebih baik atau lebih buruk antara satu dengan yang lainnya.

Ya, Drive & Motivation Test merupakan salah satu alat untuk mengukur gambaran motivasi atau dorongan yang dominan dimiliki individu. Dengan mengetahui motivasi atau dorongan apa yang mendasari individu dalam bekerja, perusahaan dapat mengenali faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi individu dalam bekerja, pola dalam menjalin relasi dengan rekan kerja, serta tugas atau lingkungan yang membuat individu nyaman/kurang nyaman. Informasi tersebut dapat digunakan untuk melihat kesesuaian antara nilai-nilai maupun karakteristik perusahaan serta bentuk tugas yang diberikan dengan nilai individu sebelum diterima atau diberikan tanggung jawab di posisi yang lebih tinggi.

Pada dasarnya, Drive & Motivation Test dirancang untuk menjadi salah satu sumber penilaian terhadap individu mengenai motivasi atau dorongan yang berasal dari nilai-nilai yang dipegang dalam diri individu. Hasil tes ini memang dapat memprediksi motivasi dan perilaku yang mungkin ditampilkan individu saat bekerja. Akan tetapi, tes ini tidak dapat memberikan informasi mengenai kemampuan kerja individu, sehingga tetap diperlukan pengukuran lain terhadap kemampuan kognitif, kompetensi, performa, maupun kepribadian individu. Selain itu, oleh karena sifat tes ini adalah self-inventory, maka tetap diperlukan adanya penilaian yang lebih bersifat objektif terhadap nilai yang dianut individu. Oleh sebab itu, pembacaan laporan oleh profesional serta penilaian melalui wawancara dan/atau behavior based assessment dapat digunakan untuk memperlengkapi penilaian kompetensi individu.